Sabtu, 31 Desember 2011

BELAJAR

BELAJAR
Diajukan Untuk Memenuhi  Salah Satu Tugas Drs Parman
Dosen Mata Kuliah Psikologi Pendidikan

Oleh
IDA NURLAILA
1003831
                         
PROGRAM  PENDIDIDKAN GURU SEKOLAH DASAR (PGSD)
KAMPUS SUMEDANG
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2010

 
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Belajar merupakan kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendididkan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketika ia ada di sekolah maupun dilingkungan rumah.

Oleh karena itu, pemahan yang benar mengenai arti belajar dengan segala aspek, bentuk, dan manifestasinya mutlak diperlukan oleh para pendidik khususnya oleh para guru.

Bagi sebagian mahasiswa, mungkin hal-hal tersebut masih belum dapat dipahami sepenuhnya. Maka atas dasar latar belakang atau alasan-alasan itulah,penulis akan mencoba untuk menyampaikan materi tentang BELAJAR.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam pembuatan makalah ini yaitu:

1.      Apa pengertian dari belajar itu?

2.      Bagaiman cirri-ciri dari perilaku belajar?

3.      Bagaimana manifestasi perilaku belajar itu?

4.      Apa saja jenis-jenis belajar itu?

5.      Apa pengertian proses belajar?

6.      Bagaimana fase-fase belajar itu?

7.      Apa saja faktor-faktor yang berpengaruh terhadap proses belajar?

8.      Bagaimana proses pendekatan belajar?

9.      Apa saja teori-teori belajar itu?



1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan dalam pembuatan makalah ini yaitu:

1.      Untuk mengetahui apa pengertian belajar itu.

2.      Untuk mengetahui bagaiman cirri-ciri dari perilaku belajar.

3.      Untuk mengetahui manifestasi perilaku belajar.

4.      Untuk mengetahui jenis-jenis belajar.

5.      Untuk mengetahui pengertian proses belajar.

6.      Untuk mengetahui fase-fase belajar.

7.      Untuk mengetahui factor-faktor yang berpengaruh terhadap proses belajar.

8.      Untuk mengetahui proses pendekatan belajar.

9.       Untuk mengetahui teori-teori belajar.



1.4 Sistematiaka Penulisan

Adapun sistematika dalam pembuatan makalah ini yaitu:

KATA PENGANTAR

DAFTAR  ISI

BAB  1  PENADHULUAN

1.1  Latar Belakang

1.2  Rumusan Masalah

1.3  Tujuan Penulisan

1.4  Sistematika Penulisan

BAB  II  PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Belajar

2.2 Ciri-Ciri Perilaku Belajar

2.3 Manifestasi Perilaku Belajar

2.4 Jenis-Jenis Belajar

2.5 Pengertian Proses Belajar

2.6 Fase-Fase Proses Belajar

2.7 Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Proses Belajar

2.8 Pendekatan-Pendekatan Proses Belajar

2.9 Teori-Teori Belajar

2.10 Belajar Menurut Sendiri





BAB  III  PENUTUP

3.1 Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Belajar

§  Belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif (Barlow 1985).

§  Belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organism (manusia atau hewan) disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organism tersebut (Hintzman, The Psychology of Learning and Memory).

§  Belajar ialah perubahan yang relative menetap yang terjadi dalam segala macam/ keseluruhan tingkah laku suatu organism sebagai hasil pengalaman (Wittig, Psychology of Learning).

§  Belajar adalah proses penambah pengetahuan (Reber, Dictionary of Psychology).

§  Belajar adalah kegiatan yang kompleks (Gagne)

§  Secara psikologis belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan.

§  Belajar adalah semata-mata mengumpulkan atau menghafalkan kata-kata yang tersaji dalam bentuk informasi/ materi pelajaran.

§  Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu  itu sendiri di dalam interaksi dengan lingkungannya     (Drs. Slameto Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar; Rineka Cipta; 1999)

§  belajar adalah aktivitas mental atau psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan- perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, nilai dan sikap (Winkel).

§  Belajar adalah perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia setelah belajar secara terus menerus, bukan hanya disebabkan karena proses pertumbuhan saja (Robert M. Gagne dalam buku: the conditioning of learning)

2.2 Ciri-Ciri Perilaku Belajar

Setiap perilaku belajar selalu ditandai oleh ciri-ciri perubahan yang spesifik. Diantara cirri-ciri perubahan khas yang menjadi cirri-ciri perilaku belajar yang terpenting adalah:

1. Perubahan Intensional

Perubahan yang terjadi dalam proses belajar adalah berkat pengalaman atau praktik yang dilakukan dengan disenagaja dan disadari. Perubahan perilaku yang terjadi merupakan usaha sadar dan disengaja dari individu yang bersangkutan. Begitu juga dengan hasil-hasilnya, individu yang bersangkutan menyadari bahwa dalam dirinya telah terjadi perubahan, misalnya pengetahuannya semakin bertambah atau keterampilannya semakin meningkat, dibandingkan sebelum dia mengikuti suatu proses belajar. Misalnya, seorang mahasiswa sedang belajar tentang psikologi pendidikan. Dia menyadari bahwa dia sedang berusaha mempelajari tentang Psikologi Pendidikan. Begitu juga, setelah belajar Psikologi Pendidikan dia menyadari bahwa dalam dirinya telah terjadi perubahan perilaku, dengan memperoleh sejumlah pengetahuan, sikap dan keterampilan yang berhubungan dengan Psikologi Pendidikan. .Karakteristik ini mengandung konotasi bahwa siswa menyadari akan adanya perubahan yang dialami atau sekurang kurangnya ia merasakan adanya perubahan dalam dirinya.

Di samping perilaku belajar itu menghendaki perubahan yang disadari, juga diarahkan pada tercapainya perubahan tersebut. Jadi, jika seseorang siswa belajar bahasa inggris umpamanya, maka sebelumnya ia telah menetapkan kemahiran yang disesuaikan dengan tujuan pemakaiannya.

2. Perubahan Positif dan Aktif

Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat positif dan aktif. Positif arttinya baik, bermanfaat, serta sesuai dengan harapan. Hal ini juga bermakna bahwa perubahan tersebut senantiasa merupakan penambahan yakni diperolehnya sesuatu yang baru yang ebih baik dari pada apa yang telah ada sebelumnya. Misalnya seorang mahasiswa sebelum belajar tentang Psikologi Pendidikan menganggap bahwa dalam dalam Prose Belajar Mengajar tidak perlu mempertimbangkan perbedaan-perbedaan individual atau perkembangan perilaku dan pribadi peserta didiknya, namun setelah mengikuti pembelajaran Psikologi Pendidikan, dia memahami dan berkeinginan untuk menerapkan prinsip – prinsip perbedaan individual maupun prinsip-prinsip perkembangan individu jika dia kelak menjadi guru.

Adapun perubahan aktif artinya  tidak terjadi dengan sendirinya seperti karena proses kematangan. Misalnya, bayi yang bisa merangkak setelah bisa duduk, tetapi karena usaha siswa itu sendiri.

3. Perubahan Efektif dan Funsional

Perubahan yang timbul karena proses belajar bersifat efektif yakni, berhasil guna. Artinya perubahan tersebut membawa pengaruh, makna dan manfaat bagi siswa. Selain itu perubahan dalam proses belajar bersifat fungsional dalam arti bahwa ia relative menetap dan setiap saat apabila dibutuhkan, perubahan tersebut dapat dimanfaatkan. Misalnya, seorang mahasiswa belajar tentang psikologi pendidikan, maka pengetahuan dan keterampilannya dalam psikologi pendidikan dapat dimanfaatkan untuk mempelajari dan mengembangkan perilaku dirinya sendiri maupun mempelajari dan mengembangkan perilaku para peserta didiknya kelak ketika dia menjadi guru.

2.3  Manifestasi Perilaku Belajar

Manifestasi atau perwujudan perilaku belajar biasanya lebih sering tampak dalam perbahan-perubahan sebagai berikut.

1. Kebiasaan

Kebiasaan adalah perilaku yang relative, permanen dan berlang ulang. Kebiasaan itu karena proses kecenderungan respons dengan menggunakan stimulasi yang berulang- ulang.

2. Keterampilan

Keterampilan adalah kegiatan yang berhubungan dengan urat-urat syaraf dan otot-otot yang lazimnya tampak dalam kegiatan jasmaniyah seperti menulis, mengetik, olahraga dan sebagainya.

3. Pengamatan

Pengamatan artinya proses menerima, menafsirkan, dan memberi arti rangsangan yang masuk melalui indera-indera seperti mata dan telinga. Misalnya, seorang anak yng baru pertama kali mendengarkan radio akan mengira bahwa penyiar benar-benar berada dalam kotak bersuara itu, namun melalui belajar anak itu akan mengetahui bahwa yang ada dalam radio itu hanya suaranya saja, sedangkan orangnya berada jauh di studio.

4. Daya Ingat

Daya ingat merupakan perwujudan dari belajar, sebab merupakan unsure pokok dalam berpikir. Jadi, siswa yang telah mengalami proses belajar akan ditandai dengan bertambahnya simpanan materi (pengetahuan dan pengertian) dalam memori ingatan si anak.

5. Berpikir Rasional dan Kritis

Berpikir rasional dan kritis adalah perwujudan perilaku belajar terutama yang bertalian dengan pemecahan masalah. Pada umumnya siswa yang berpikir rasional akan menggunakan prinsip-prinsip dan dasar-dasar pengertian dalam menjawab pertanyaan,serta memakai logika (akal sehat)

6. Sikap

Sikap adalah kecenderungan yang relative menetap untuk bereaksi dengan cara baik atau buruk terhadap orang atau barang tertentu. Pada prinsipnya sikap itu dapat kita anggap suatu kecenderungan siswa untuk bertindak dengan cara tertentu.

7. Inhibasi

Inhibasi adalah upaya pengurangan atau pencegahan timbulnya suatu respons tertentu karena adanya proses respons lain yang sedang berlangsung. Contoh, seorang siswa yang telah sukses mempelajari bahaya alkohol akan menghindari membeli minuman keras, sebagai gantinya ia akan membeli minuman sehat.

8. Apresiasi

Apresiasi berarti suatu pertimbangan mengenai arti penting atau nilai sesuatu. Apresiasi pada umumnya ditujukan pada karya-karya seni budaya seperti seni sastra, seni music, seni lukis, dan drama.

9. Tingkah Laku Afektif

Tingkah laku afektif adalah tingkah laku yang menyangkut keanekaragaman perasaan seperti: takut, marah, sedih, gembira, kecewa, senang, benci dan sebagainya. Seorang siswa dianggap sukses afektif dalam belajar agama apabila ia telah menyenangi dan menyadari dengan ikhlas kebenaran ajaran agama yang dipelajari.

2.4 Jenis-Jenis Belajar

1. Belajar Abstrak

Belajar abstrak adalah belajar yang menggunakan cara cara berpikir abstrak, tujuanya untuk memperoleh pemahaman dan pemecahan masalah-masalah yang tidak nyata.

2. Belajar Diskriminatif

Belajar diskriminatif adalah suatu usaha untuk memilih beberapa sifat situasi dan kemudian menjadikannya pedoman dalam bertingkah laku.

3. Belajar  Bagian

Umumnya belajar bagian dilakukan oleh seseorang bila ia dihadapkan pada materi belajar yang bersifat luas. Misalnya mempelajari sajak ataupun gerakan gerakan motoris seperti bermain silat.

4. Belajar Keterampilan

Belajar keterampilan adalah belajar dengan menggunakan gerakan-gerakan mtorik yakni yang berhubungan urat-urat saraf yang bertujuan untuk memperoleh dan menguasai keterampilan jasmaniah tertentu.

5. Belajar Mental

Perubahan tingkah laku yang terjadi disini tidak nyata terlihat, melainkan hanya berupa perubahan proses karena ada bahan yang dipelajari. Ada tidaknya belajar mental ini sangat jelas terlihat pada tugas-tugas yang sifatnya motoris. Belajar mental dapat diartikn sebagai belajar dengan cara melakukan observaasi dari tingkah laku orang lain.

6. Belajar Rasional

Belajar rasional adalah belajar dengan menggunakan kemampuan berpikir secara logis dan rasional ( sesuai dengann akal sehat ). Tujuannya adalah untuk memperoleh aneka ragam kecakapan menggunakan prinsip-prinsip dari konsep-konsep.

7. Belajar Pengetahuan

Belajar pengetahuan adalah belajar dengan cara melakukan penyelidikan mendalam terhadap objek pengetahuan tertentu. Tujuan belajar pengetahuan adalah agar siswa memperoleh atau menambah informasi dan pemahaman terhadap pengetahuan tertentu yang biasanya lebih rumit dan memerlukan kiat khusus dalam mempelajarinya. Misalnya, dengan mnggunakan alat-alat laboratorium dan alat lapangan.

8. Belajar Sosial

Belajar social adalah belajar memahami masalah-masalah dan teknik-teknik untuk memecahkan masalah terebut.Tujuannya adalah untuk menguasai pemahaman dan kecakapan dalam memecahkan masalah-masalah social seperti masalah keluarga, masalah persahabatan, masalah kelompok, dan masalah lain yang berifat kemasyarakatan.

9. Belajar Kebiasaan

Belajar kebiasaan adalah proses pembentukan kebiasaan kebiasaan baru atau perbaikan kebiasaan kebiasaan yang telah ada.tujuannya adalah agar siswa memperoleh sikap- sikap dan kebiasaan- kebiasaan perubahan baru yang lebih tepat dan positif dalam arti selaras dengan kebutuhan ruang dan waktu.

2.5 Pengertian Proses Belajar

Proses adalah kata yang berasal dari bahasa latin “processus” yang berarti “berjalan ke depan”. Kata ini mempunyai konotasi urutan langkah atau kemajuan yang mengarah pada suatu sasaran atau tujuan. Menurut Chalpin ( 1972 ) proses adalah suatu perubahan yang menyangkut tingkah laku atau kejiwaan. Dalam psikologi belajar, proses berarti cara-cara atau langkah- langkah khusus yang dengannya beberapa perubahan ditimbulkan hingga tercapainya hasil-hasil tertentu. Jadi proses belajar dapat diartikan tahapan perubahan perilaku yang terjadi dalam diri siswa, Perubahan tersebut bersifat positif dalam arti berorientasi kea rah yang lebih maju, dari pada keaadan sebelumnya. Proses belajar pun diartikan sebagai usaha untuk pindah dari tidak tahu menjadi tahu, dari buruk menjadi baik



2.6 Fase-Fase Proses Belajar

a. Menurut Jerome S. Bruner

Karena belajar itu merupakan aktivitas yang berproses, sudah tentu didalamnya terjadi perubahan-perubahan yang bertahap. Perubahan-perubahan tersebut timbul melalui fase-fase yang antara satu dengan lainnya bertalian secara berurutan dan fungsional. Menurut Burner, salah seorang penentang teori S-R Bond yang terbilang vokal (Barlow, 1985), dalam proses pembelajaran siswa menempuh tiga fase/ tahap, yaitu: 1) fase informasi (tahap penerimaan materi); 2) fase transformasi (tahap pengubahan materi); 3) fase evaluasi (tahap penialain meteri)

Dalam fase informasi, seorang siswa yang sedang belajar memperoleh sejumlah keterangan mengenai materi yang sedang dipelajari. Di antara informasi yang diperoleh itu ada yang sama sekali baru dan berdiri sendiri, ada pula yang berfungsi menambah, memperhalus, dan memperdalam pengeahuan yang sebelumnya telah dimiliki. Dalam fase transformasi, informasi yang telah diperoleh itu dianalisis, diubah, atau ditransformasikan menjadi bentuk yang abstrak atau konseptual supaya kelak pada gilirannya dapat dimanfaatkan bagi hal-hal yang lebih luas. Bagi siswa pemula, tahap ini akan berlangsung sulit apabila tidak disertai dengan bimbingan anda selaku guru yang diharapkan kompeten dalam mentransfer strategi kognitif yang tepat untuk melakukan pembelajaran tertentu. Dalam fase evaluasi, seorang siswa menilai sendiri sampai sejauh mana informasi yang telah ditransfornasikan tadi dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala atau memecahkan masalah yang dihadapi. Tak ada penjelasan rinci mengenai sara evaluasi ini, tetapi agaknya analogdengan peristiwa retrieval untuk merespons lngkungan yang sedang dihadapi.

b. Menurut Arno F Wittig

Menurut Wittig (1981) dalam bukunya Psychology of learning, setiap proses belajar selalu berlangsung dalam tiga tahapan yaitu: 1) acquisition (tahap perolehan/penerimaan informasi); 2) storage (tahap penyimpanan informasi); 3) retrieval (tahap mendapatkan kembali informasi) Pada tingkatan acquisition” seorang siswa mulai menerima informasi sebagai stimulus dan melakukan respons terhadapnya, sehingga menimbulkan pemahaman dan perilaku baru. Pada tahap ini terjadi pila asimilasi antara pemahaman dengan perilaku baru dalam keseluruhan perilakunya. Proses acquisition dalam belajar merupakan tahap paling mendasar. Kegagalan dalam tahap ini akan mengakibatkan kegagalan pada tahap-tahap berikutnya. Pada tingkatan storage” seorang siswa secara otomatis akan mengalami proses penyimpanan pemahaman dan perilaku baru yang ia proleh ketika menjalani proses acquitision. Peristiwa ini sudah tentu melibatkan fungsi short term dan long term memori. Pada tingkatan retrieval seorang siwa akan mengaktifkan kembai fungsi-fungsi sistem memorinya, misalnya ketika ia menjawab pertanyaan atau memecahkan masalah. Proses retrieval” pada dasarnya adalah upaya atau peristiwa mental dalam mengungkapkan dan memproduksi kembali apa-apa yang tersimpan dalam memori berupa informasi, simbol, pemahaman, dan perilaku tertentu sebagai respons atau stimulus yang sedang dihadapi.

2.7 Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Proses Belajar

Faktor- faktor yang mempengaruh belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi golongan saja, yaitu factor intern dan factor ekstern.

A. Faktor Intern

Faktor intern adalah factor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar. Di dalam factor intern ini dibagi menjadi tiga factor yaitu:

1. Faktor Jasmaniah

a)                  Faktor Kesehatan      

Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian-bagiannya/ bebas dari penyakit. Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan orang terganggu, ia akan cepat lelah dan badannya lemah. Agar seseorang dapat belajar dengan baik haruslah mengusahakan kesehatan badannya dengan cara memakan makanan 4 sehat 5 sempurna, olahraga, istirahat yang cukup dan sebagainya.

b)                  Cacat Tubuh

Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh atau badan.



2. Faktor Psikologis

a) Inteligensi

Inteligensi adalah kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungannya dengan cara yang tepat. Jadi inteligensi sebenarnya bukan persoalan kualitas otak saja, melainkan juga kualitas organ-organ tubuh lainnya, akan tetapi harus diakui bahwa peran otak dalam hubungannya dengan inteligensi manusia lebih menonjol dari pada organ tubuh, karena otak merupakan “menara pengontrol” seluruh aktifitas manusia.

b) Bakat

Bakat adalah kemampuan untuk belajar, kemampuan itu baru akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih.Jadi sudah jelas bahwa bakat mempengaruhi belajar, jika bahan pelajaran yang dipelajari siswa sesuai dengan bakatnya maka hasil belajarnya pun akan lebih baik.

c) Perhatian

Perhatian adalah keaktifan jiwa yang tertinggi, jiwa itupun semata-mata tertuju kepada suatu obyek atau sekumpulan obyek. Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya, jika bahan pelajarantidak menjadi bahan perhatian siswa maka timbulah kebosanan dan siswa tidak suka belajar lagi.

d) Minat

Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena biala bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya. Karena tidak ada daya tariknya.

e) Motif

Motif erat sekali dengan tujuan yang akan dicapai. Di dalam menetukan tujuan itu dapat disadari atau tidak, akan tetapi untuk mencapai tujuan itu perlu berbuat, sedangkan yang menjadi penyebab berbuat adalah motif itu sendiri sebagai daya penggerak/ pendorongnya.

f) Kesiapan

Kesediaan itu timbul dari dalam diri seseorang dan juga berhubungan dengan kematangan, karena kematanagan berarti kesiapan untuk melaksanakan kecakapan. Karena jika siswa belajar dan padanya sudah ada kesiapan, maka hasil belajarnya akan lebih baik. Kesiapan adalah kesediaan untuk member respon atau bereaksi.

B. Faktor Ekstern

Faktor ekstern adalah factor yang ada diluar individu. Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap belajar dapat dikelompokan menjadi:

a) Faktor Keluarga

Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa: cara orang tua mendidik, hubungan antara anggota keluarga, suasana rumah tangga, dan keadaan ekonomi keluarga.

b) Faktor Sekolah

Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari lingkungan sekolah berupa: kurikulum, hubungan guru dan siswa, hubungan sisa dengan siswa, alat pelajaran, waktu sekolah, keadaan gedung, dan metode belajar.

c) Faktor Masyarakat

Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa, pengaruh itu terjadi karena keberadaanya siswa dalam masyarakat diantaranya: hubungan siswa dalam masyrakat, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat.

2.8 Pendekatan Proses Belajar

Banyak pendekatan belajar yang dapat anda ajarkan kepada siswa untuk mempelajari bidang studi atau materi pelajaran yang sedang mereka tekuni, dari yang paling klasik sampai yang paling modern. Diantaranya:





1)                  Pendekatan Hukum Jost

Menurut Reber ( 1988 ) salah satu asumsi penting yang mendasari Hukum Jost (Jost Law) adalah siswa yang lebih sering mempraktikan materi pelajaran akan lebih mudah memanggil kembali memori lama yang berhubungan dengan materi yang sedang ia tekuni. Selanjutnya, berdasarkan asumsi Hukum Jost itu maka belajar dengan kiat 5 x 3 adalah lebih baik dari pada 3 x 5 walaupun hasil perkalian kedua kiat tersebut sama.

Maksudnya, mempelajari sebuah materi dengan alokasi waktu 3 jam per hari selama 5 hari akan lebih efektif dari pada mempelajari materi tersebut dengan alokasi waktu 5 jam per hari selama 3 hari.

2)                  Pendekatan Ballard dan Clanchy

Pendekatan belajar siswa pada umumnya dipengaruhi oleh sikap terhadap ilmu pengetahuan. Ada dua macam  siswa dalam menyikapi ilmu pengetahuan yaitu: 1) sikap conserving, 2) sikap extending. Sikap Conserving pada umumnya menggunakan pendekatan belajar “reproduktif” (bersifat menghasilkan kembali fakta dan informas)i. Sikap Ekstending pada umumnya menggunakan pendekatan belajar “analitis” (berdasarkan pemilihan dan interpretasi fakta dan informasi). Bahkan diantara mereka yang bersikap ekstending cukup banyak yang menggunakan pendekatan belajar yang lebih ideal yaitu pendekatan spekulatif (berdasarkan pemikiran mendalam), yang bukan saja bertujuan menyerap pengetahuan melainkan juga mengembangkannya.

3)                  Pendekatan Biggs

1) Pendekatan Surface (Permukaan/ Bersifat Lahiriah)

Mau belajar karena dorongan dari luar, sehingga gaya belajarnya santai, asal hafal dan tidak mementingkan pemahaman yang mendalam.

2) Pendekatan Deep (Mendalam)

Mempelajari materi karena memang tertarik dan membutuhkannya(instrinsik). Oleh karena itu gaya belajarnya serius dan berusaha mendalami nateri saecara mendalam serta memeikirkan cara mengaplikasikannya. Bagi siswa ini,lulus dengan nilai baik adalah penting, tetapi yang lebih penting adalah memiliki pengetahuan yang cukup banyak dan bermanfaat bagi kehidupannya.

3) Pendekatan Achieving (Pencapaian Prestasi Tinggi)

Dilandasi oleh motif ekstrinsik yang berciri khusus yang disebut “ego-enhancement” yaitu ambisi pribadi yang besar dalam meningkatkan prestasi keakuan dirinya dengan cara meraih indeks prestasi setinggi-tingginya.Gaya belajar siswa ini lebih serius dari pada siswa-siswa yang memakai pendekatan-pendekatan lainnya, dia memiliki keterampilan belajar dalam arti sangat cerdik dan efisien dalam mengatur waktu, ruang kerja dan penelaahan. Baginya, berkompetisi dengan teman-teman dalam meraih nilai tertinggi adalah penting, sehingga ia sanagt disiplin, rapi dan berencana maju ke depan.





2.9  Teori-Teori Belajar

Jika menelaah literatur psikologi, kita akan menemukan banyak teori belajar yang bersumber dari aliran-aliran psikologi. Namun dalam kesempatan ini hanya akan dikemukakan lima jenis teori belajar saja, yaitu: (a) teori behaviorisme; (b) teori belajar kognitif menurut Piaget; (4) teori pemrosesan informasi dari Gagne, dan (5) teori belajar gestalt.

1.     Teori Behaviorisme

Teori behaviorisme merupakan salah satu pendekatan untuk memahami perilaku individu. Behaviorisme memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek – aspek  mental. Dengan kata lain, behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat  dan perasaan individu dalam suatu belajar. Peristiwa belajar semata-mata melatih refleks-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai individu.

Beberapa hukum belajar yang dihasilkan dari  pendekatan behaviorisme ini, diantaranya :

1.     Connectionism ( S-R Bond)  menurut Thorndike.

Dari eksperimen yang dilakukan Thorndike terhadap kucing menghasilkan hukum-hukum  belajar, diantaranya:

a.       Law of Effect; artinya bahwa jika sebuah respons  menghasilkan efek yang memuaskan, maka hubungan Stimulus - Respons akan semakin kuat. Sebaliknya, semakin tidak memuaskan efek yang dicapai respons, maka semakin lemah pula  hubungan  yang terjadi antara Stimulus- Respons.

b.      Law of Readiness; artinya bahwa kesiapan mengacu pada asumsi bahwa kepuasan organisme itu berasal dari pemdayagunaan satuan pengantar (conduction unit), dimana unit-unit ini menimbulkan kecenderungan yang mendorong organisme untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu.

c.       Law of Exercise; artinya bahwa hubungan antara Stimulus dengan Respons akan semakin bertambah erat, jika sering dilatih dan akan  semakin berkurang apabila jarang atau tidak dilatih.

2.     Classical Conditioning  menurut Ivan Pavlov

Dari eksperimen yang dilakukan Pavlov terhadap seekor anjing menghasilkan hukum-hukum  belajar, diantaranya :

a.       Law of Respondent Conditioning yakni hukum pembiasaan yang dituntut. Jika dua macam stimulus dihadirkan secara simultan (yang salah satunya berfungsi sebagai reinforcer), maka refleks dan stimulus lainnya akan meningkat.

b.      Law of Respondent Extinction  yakni hukum pemusnahan yang dituntut. Jika refleks yang sudah diperkuat melalui Respondent conditioning itu didatangkan kembali tanpa menghadirkan reinforcer, maka kekuatannya akan menurun.

3.     Operant  Conditioning  menurut B.F. Skinner

Dari eksperimen yang dilakukan B.F. Skinner terhadap tikus dan selanjutnya terhadap burung merpati menghasilkan hukum-hukum  belajar, diantaranya :

a.       Law of operant conditining yaitu jika timbulnya perilaku diiringi dengan stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan meningkat.

b.       Law of operant extinction yaitu jika timbulnya perilaku operant telah diperkuat melalui proses conditioning  itu tidak diiringi stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan menurun bahkan musnah.

Reber (Muhibin Syah, 2003) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan operant adalah sejumlah perilaku yang membawa efek yang sama terhadap lingkungan. Respons  dalam operant conditioning terjadi tanpa didahului oleh stimulus, melainkan oleh efek yang ditimbulkan oleh reinforcer. Reinforcer itu sendiri pada dasarnya adalah  stimulus yang meningkatkan kemungkinan timbulnya sejumlah respons  tertentu, namun tidak sengaja diadakan sebagai pasangan stimulus lainnya seperti dalam classical conditioning.

4.     Social Learning  menurut Albert Bandura

Teori belajar sosial atau disebut juga teori observational learning adalah sebuah teori belajar yang relatif masih baru dibandingkan dengan teori-teori belajar lainnya. Berbeda dengan penganut Behaviorisme lainnya,  Bandura  memandang Perilaku individu tidak semata-mata refleks otomatis atas stimulus (S-R Bond), melainkan juga akibat reaksi yang timbul sebagai hasil interaksi antara lingkungan dengan skema kognitif individu itu sendiri. Prinsip dasar belajar menurut teori ini, bahwa yang dipelajari individu terutama dalam belajar sosial dan moral terjadi melalui peniruan (imitation) dan penyajian contoh perilaku (modeling). Teori ini juga masih memandang pentingnya conditioning. Melalui pemberian reward dan punishment, seorang individu akan berfikir dan memutuskan perilaku sosial mana  yang perlu dilakukan.

Sebetulnya masih banyak tokoh-tokoh lain yang mengembangkan teori belajar behavioristik ini, seperti : Watson yang menghasilkan prinsip kekerapan dan prinsip kebaruan, Guthrie dengan teorinya yang disebut Contiguity Theory yang menghasilkan Metode Ambang (the treshold method), metode meletihkan (The Fatigue Method) dan Metode rangsangan tak serasi (The Incompatible Response Method), Miller dan Dollard dengan teori pengurangan dorongan.

2.     Teori Belajar Kognitif menurut Piaget

Aspek aspek perkembangan kognitif menurut Piaget yaitu tahap (1) sensory motor; (2) pre operational; (3) concrete operational dan                   (4) formal operational.  Menurut Piaget, bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru.  Guru  hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan. 

Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran adalah :

a.       Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak.

b.      Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik. Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.

c.       Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.

d.      Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.

e.       Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan teman-temanya.

3.     Teori Pemrosesan Informasi dari Robert Gagne

Asumsi yang mendasari teori ini adalah bahwa pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan. Perkembangan merupakan hasil kumulatif dari pembelajaran. Menurut Gagne bahwa dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi, untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi adanya interaksi antara kondisi-kondisi internal dan kondisi-kondisi eksternal individu. Kondisi internal yaitu keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil belajar dan proses kognitif yang terjadi dalam individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran.

Menurut Gagne tahapan  proses pembelajaran meliputi delapan fase yaitu, (1) motivasi; (2) pemahaman;  (3) pemerolehan; (4) penyimpanan; (5) ingatan kembali;  (6) generalisasi; (7) perlakuan dan (8) umpan balik.



4.     Teori Belajar Gestalt

Gestalt berasal dari bahasa Jerman yang mempunyai padanan arti sebagai   “bentuk atau konfigurasi”. Pokok pandangan Gestalt adalah bahwa obyek atau peristiwa tertentu akan dipandang sebagai sesuatu keseluruhan yang terorganisasikan. Menurut Koffka dan Kohler,  ada tujuh prinsip organisasi yang terpenting yaitu :

a.        Hubungan bentuk dan latar (figure and gound relationship); yaitu menganggap bahwa setiap bidang pengamatan dapat dibagi dua yaitu figure (bentuk) dan latar belakang. Penampilan suatu obyek seperti ukuran, potongan, warna  dan sebagainya membedakan figure dari latar belakang. Bila figure dan latar bersifat samar-samar, maka  akan terjadi kekaburan penafsiran antara latar dan figure.

b.      Kedekatan (proxmity); bahwa unsur-unsur yang saling berdekatan (baik waktu maupun ruang) dalam bidang pengamatan akan dipandang sebagai satu bentuk tertentu.

c.         Kesamaan (similarity); bahwa sesuatu yang memiliki kesamaan cenderung akan dipandang sebagai suatu obyek yang saling memiliki.

d.      Arah bersama (common direction); bahwa unsur-unsur bidang pengamatan yang berada dalam arah yang sama cenderung akan dipersepsi  sebagi suatu figure atau bentuk tertentu.

e.       Kesederhanaan (simplicity); bahwa orang cenderung menata bidang pengamatannya bentuk yang sederhana, penampilan reguler dan cenderung membentuk keseluruhan yang baik berdasarkan susunan simetris dan keteraturan

f.        Ketertutupan (closure)  bahwa orang cenderung akan mengisi kekosongan suatu pola obyek atau pengamatan yang tidak lengkap.

2.10 Belajar Menurut Sendiri

Belajar adalah suatu proses dimana kita yang awalnya tidak tahu menjadi tahu, tidak bisa menjadi bisa. Jadi didalam proses belajar ada wujud suatu usaha untuk berubah, yang dimana kita ingin berubah menjadi sosok yang lebih baik dari pada sebelunnya. Tentunya belajar harus disertai dengan niat serta keinginan yang kuat dan kesungguhan dalam belajar, karena dengan niat serta keinginan yang kuat dan kesungguhan maka hasil yang kiata harapkan dapat tercapai dengan baik. Sebaliknya jika dalam diri kita tidak ada niat ataupun keinginan serta tidak sungguh-sungguh dalam belajar maka hasilnya pun akan bernilai nol.















BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

 Belajar merupakan peristiwa sehari-hari yang sering kita alami, terutama dilingkungan sekolah. Belajar merupakan hal yang kompleks. Kompleksitas belajar tersebut dipandang dari dua subyek yaitu guru dan murid. Dari segi murid belajar dialami sebagai suatu proses, yakni proses untuk berubah menjadi lebih baik dari pada sebelumnya dan dari segi guru  dialami sebagai perilaku belajar tentang seuatu hal.

 Belajar adalah suatu proses perubahan dimana kita yang awalnya tidak tahu menjadi tahu, tidak bisa menjadi bisa. Perubahannya tidak harus langsung mengikuti pengalaman belajar. Perubahan yang segera terjadi umumnya tidak dalam bentuk perilaku, tapi terutama hanya dalam potensi seseorang untuk berperilaku. Dan apabila proses belajar itu berhasil maka perasaan bangga dalam diri karena dapat mengerti dan paham akan apa yang di pelajari, dan yang perlu diingat selama kita masih hidup kita tidak akan pernah terlepas dari namanya belajar.







DAFTAR  PUSTAKA

Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Cetakan ke-3. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Cetakan ke-4. Jakarta: Rineka Cipta.

Suryabrata, Sumardi. 2008. Psikologi Pendididkan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Syah, Muhibbin. 2005. Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Wahib, Abdul. 2010. Psikologi Pendididkan. Jakarta: Rineka Cipta.